Sukmajaya -| suaradepok.com
Anggota DPRD Depok, Fraksi PKS, Hengki angkat bicara soal siswa di Daerah Pemilihannya (Dapil) atau Kecamatan Sukmajaya yang terancam putus sekolah buntut ditolaknya Sistem Penerimaan Murid Baru atau SPMB Kota Depok 2025.
Hengki mengatakan, untuk menghindari kecurangan di SPMB Kota Depok 2025 butuh pengecekan atau validasi ke sekolah. Apabila ditemui siswa yang masuk ke SMP Negeri lebih dari 700 meter maka patut dipertanyakan.
”pandangan saya begini, untuk memvalidasi ada kecurangan atau tidak sederhanannya saya kira apabila ada temuan siswa yang masuk di atas 700 meter melalui jalur domisili dan masih dapat diterima berarti ada apa ?,” kata Hengky. Sabtu 12/7/25.
Lebih jauh Hengky menjelaskan, bila ada dugaan kecurangan mekanisme dalam SPMB Kota Depok tinggal di validasi saja atau di sortir siswa/i yang sudah keterima.
”apa bila di sortir dan ditemui siswa yang mendaftar jalur Domisili jaraknya lebih dari 700 meter keterima dan sedangkan yang 700 meter gak keterima berarti ada sesuatu nih,” jelasnya dengan nada curiga.
Hengky menuturkan, masalah ini harus ada keterbukaan dan adil demi menghindari kecurangan dalam SPMB Kota Depok. Hal ini juga, lanjut Hengky, mendukung komitmen Wakil Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah untuk tidak ada praktik titip menitip.
”silakan didalami, temui panitia di sekolah operator dan panitia lainnya atau kepala sekolahnya. Kami pada dasarnya mendukung, bila ada temuan temuan seperti ini. Dan ini merupakan janjinnya pak Wakil Walikota Depok, pak Chandra Rahmansyah untuk bisa komitmen dan menjadikan penerimaan siswa siswi SMP Negeri di Depok berjalan dengan adil dan keterbukaan tanpa ada titip menitip,” imbuhnya.
Meski begitu, SPMB Kota Depok 2025 banyak menyisakan cerita dan perasaan pilu. Bagaimana tidak, seorang kakak NV (30) yang sudah mengikuti tahapan SPMB sedari awal harus menerima pil pahit akibat tertolaknya sang adik untuk bersekolah di SMP Negeri Kota Depok yang berada di Kecamatan Sukmajaya.
Menurutnya, sejumlah SMP Negeri yang ada di Kecamatan Sukmajaya terbilang cukup banyak dan dekat dari rumahnya. Namun sampai Tahap Empat (4) atau pemenuhan Kouta SPMB Kota Depok sang adik tetap ditolak. NV tidak mengerti kenapa sang adik bisa tertolak semua SMP Negeri di Sukmajaya.
” dari pertama dibuka SPMB Kota Depok saya terus lakukan pendaftaran, sampai tahap 4 ini saya juga daftar. Tapi tetap ditolak,” kata NV saat ditemui suaradepok.com, Sabtu 12/7/25 di kediamannya di Sukmajaya Depok Timur.
Tidak mengerti alasan adiknya bisa tertolak, lanjut NV, padahal jarak rumah dan SMP Negeri 3 Depok berjarak 700 meter. Sedangkan ke SMPN 4 Depok 1,4 KM, dan ke SMPN 22 Depok 1,2 KM serta SMPN 33 dan 32 Depok berjarak sekitar 1,3 km.
Perhitungannya, sambung NV, Sekolah yang paling dekat dari kediamannya SMP Negeri 3 Depok dan hanya menggunakan kendaraan Angkutan Kota (angkot) D02 dan memakan waktu sekitar 4 menit untuk sampai ke SMP 3 Depok.
” ya ampun, cuma naik angkot D02 sekali dari depan tuh. Paling dekat SMP 3, atau SMP 33, 32, 22 Depok. Paling hanya 4 menit sampai sekolahan,” jelasnya.
Sampai saat ini, sang adik yang belum mendaftar di sekolah swasta hanya bisa pasrah dengan SPMB Kota Depok 2025 tersebut. Sebab, masih kata NV, keluarganya tidak memiliki banyak tabungan untuk mendaftarkan sang adik ke sekolah swasta. Sedangkan, sekolah rintisan yang di buka oleh Walikota Depok tidak ada yang terletak di Sukmajaya dan jauh dari rumah.
”belum punya uang untuk daftar ke swasta, sekolah yang gratis dari Walikota Depok juga gak ada di Sukmajaya, jauh banget kalau dari rumah,” sambungnya.
NV berharap, semoga ada jalan yang baik untuk sang adik menuntut ilmu di sekolah. Hal paling pilu kalau sang adik tidak dapat meneruskan sekolah atau putus sekolah.
”Semoga ada jalan baik. Kalau sampai adik saya putus sekolah bagaimana yah, kasihan adik saya kalau sampai gak sekolah,” tandasnya. (Gubul)